Senin, 14 April 2008

Kopi Pahit Untuk Seorang Teman

And I don’t want the world to see me
Coz I don’t think that they understand
When everything made to be broken
I Just want you to know who I am
(Iris by Goo Goo Dolls)


Lirik lagu Iris yang dinyanyikan oleh group musik Inggris Goo Goo Dolls tersebut berdentum- dentum di kepalaku saat aku mengingat kembali moment pertemuanku dengan salah seorang teman yang kukenal melalui yahoo messenger. Namanya mengingatkan aku dengan salah seorang anak korban gempa di Sumbar beberapa waktu lalu. Nama yang singkat dan sederhana. Sesederhana kejutan-kejutan kecil yang dimunculkannya.

Perkenalan kami memang belum lama, semua berawal melalui chatting tapi cukup menorehkan kesan indah bagiku untuk selalu berbagi dengannya. Kedekatan yang terkadang kupikir timbul dari kebutuhanku akan figur seorang kakak.


Pernah suatu kali dia membuatku terenyuh, hanya karena sebuah pembicaraan di YM yang bahkan menurutku biasa saja, namun ternyata menimbulkan efek yang sangat berarti baginya. Bahkan dia mengabadikan rasa terima kasihnya padaku dalam bentuk postingan tulisan di salah satu mailing list. Sebuah kejadian dimana hal biasa yang kita lakukan ternyata menjadi akhir luar biasa bagi orang lain.


Di lain waktu dia mengusikku dengan bunyi ponsel ditengah malam sekedar untuk ber “say hello” dan melepas sunyi, yang sebenarnya mungkin tanpa dia sadari justru sangat menghiburku yang kesepian karena sedang mengerjakan pesanan souvenir semalam suntuk.


Kecocokan yang unik terjadi, karena kami sama sekali tidak pernah membicarakan tentang latar belakang keluarga ataupun hal-hal penting yang bersifat pribadi. Seringkali hanya pembicaraan ringan ataupun seputar organisasi yang kami geluti bersama. Sebagaimana Rosianna Silalahi mengatakan seolah ada spektrum karakter baru yang ditawarkan padanya saat berkenalan dengan presiden Iran Ahmadinejad, maka hal seperti itu jugalah yang kurasakan saat mengenalnya.


Agustus kemarin kami bertemu pertama kali, pertemuan kopi darat istilahnya. Dalam sebuah acara di Yogyakarta bulan Agustus lalu. Kebetulan aku sebagai peserta dalam acara tersebut, sedangkan dia memiliki tanggung jawab sebagai moderator di acara keakhwatannya. Tapi terkadang harapan tidak selalu sesuai dengan kenyataan, pertemuan yang seharusnya manis namun berubah pahit hanya karena kesulitanku untuk mengekspresikan rindu dan rasa bahagia bertemu dengannya. Sikapku terkesan kaku, hambar dan seolah menghindar, kontra dengan hati kecilku, aku seolah-olah telah memberikan secangkir kopi pahit padanya, dan aku tahu… diapun kecewa. Kekecewaan tersebut diungkapkan melalui pertemuan maya kami, dan aku hanya mendapatkan sesal meskipun semua itu tertutupi dengan kata maaf.


Namun sampai saat ini aku masih memegang harapan bahwa suatu saat dipertemuan kami selanjutnya aku dapat memberikan secangkir kopi yang manis atau bahkan… segelas Cappuccino untuknya.


For mbak Muthia :
Trims untuk coklat yg selalu terasa manis

Tidak ada komentar: