Senin, 14 April 2008

Laa Taghdhob

Dari Abu Hurairah "Bahwa seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah SAW : Berikan daku wasiat. Rasulullah bersabda : Janganlah engkau marah. Lelaki itu mengulangi persoalan itu beberapa kali. Rasulullah tetap bersabda : Janganlah engkau marah."
(H.R. Imam Bukhari)

Hadist diatas menerangkan bahwa betapa sifat marah harus dijauhi oleh setiap mukmin, karena kemarahan membawa banyak keburukan terhadap diri sendiri maupun orang lain. Jangan marah berarti juga menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan kemarahan dan itu juga berarti dapat menahan diri dari tuntutan melaksanakan ledakan amarah seperti memukul, memaki, mengamuk dan sebagainya. Rasulullah berpendapat bahwa marah itu seperti Jadam yang merusak manisnya madu karena amarah dapat merusak iman, sekuat apapun keimanan seseorang akan rusak ketika amarah datang.

AA Gym sendiri dalam konsep Manajemen Qolbunya membagi jenis marah dalam empat golongan, yaitu :

1. Orang yang lambat marahnya, lambat redanya, dan lambat bermusuhannya yang tergolong marah yang jelek

2. Orang yang cepat marah namun cepat juga redanya yang tergolong marah yang kurang bagus

3. Orang yang cepat marah dan lambat redanya yang tergolong marah paling jelek

4. Orang yang lambat marahnya dan cepat redanya, dan ini tergolong yang paling bagus

Maka akan sangat beruntung dan berbahagia orang-orang yang memiliki kesadaran untuk menahan amarah, hati akan lebih lapang dan otak akan lebih bisa berfikir rasional dengan tidak memperturutkan hawa nafsu dan mengedepankan emosi.

Tetapi tidak seratus persen amarah dilarang, karena amarah juga merupakan bagian dari karunia Allah SWT. Dengan adanya amarah kita mempertahankan hak saat kemungkaran terjadi, membela keluarga, membela agama, dan membela orang lemah. Sebagaimana Rasulullah menempatkan amarahnya pada saat dan alasan yang tepat, yakni pada saat pembagian harta setelah perang Hunaim berakhir. Kaum anshor menyebut Rasul tidak adil. Rasul marah dan berkata: "Jika Allah dan rasulnya tidak adil maka siapa lagi yang adil. Marahnya Rasul singkat, punya makna, mendalam dan tidak meyakiti siapapun tapi membangkitkan kesadaran. Yang paling penting kalau kita marah orang bisa berubah menjadi lebih baik, tanpa terluka dan tanpa kita berperilaku dzalim. Demikianlah marah yang didorong keinginan untuk membela kebenaran karena Allah SWT dengan cara hikmah dan batas yang dibenarkan.

Jadi bagaimanakah menahan amarah? Amarah bisa ditahan dengan cara berdo’a dengan tujuan memohon bimbingan Allah SWT, membiasakan diri dengan dzikrullah (Membaca Al-Qur’an, Tasbih, Istghfar, dll), mengambil wudhu, serta meninggalkan tempat yang menimbulkan kemarahan kita sembari mengistirahatkan tubuh dan pikiran dari kepenatan , selanjutnya bertaubatlah kepada Allah SWT . Seseorang yang berani dan gagah perkasa adalah orang yang bukan hanya mampu beradu tenaga tetapi juga mampu untuk menahan amarahnya

Referensi :

- Imam Nawawi, Hadist 40, http://www.geocities .com/bahantarbiyyah

- K.H. Abdullah Gymnastiar, Manajemen Qalbu, UGLY, januari 2002

- Memori Pengalaman Pribadi

Tidak ada komentar: